Laman

Senin, 12 Maret 2012

Kasih Sayang Orang Tua


Kalian sadar nggak, kalau orang tua kalian tuh sebenarnya sayang banget sama kalian ?  Cuma, cara mendidiknya yang kadang kalian nggak suka. Orang tua kalian itu sebenarnya nggak jahat, nggak kejam. Tapi mereka itu tegas. Orang tua kalian itu melakukan semua ini karena orang tua kalian ingin kalian tidak menjadi anak yang nakal dan tidak berpendidikan. Orang tua kalian ingin, kalian menjadi anak yang baik dan berpendidikan. Coba kalian rasakan kalau orang tua kalian sudah benar-benar tidak ada lagi. Pasti  tidak akan ada lagi nasehat darinya, nggak ada lagi kata-kata manis darinya.
Besok setelah kalian menpunyai anak, pasti kalian akan melakukan seperti halnya yang dilakukan orang tua kalian,  yaitu mendidik.

Sabtu, 25 Februari 2012

Kasih Sayang Seorang Ibu


Sewaktu masih kecil, kita sering merasa dijadikan pembantu olehnya.Ia selalu menyuruh kita mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepel setiap pagi dan sore. Setiap hari, kita ‘dipaksa’ membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adik kita bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkan kita bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, kita pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang kita merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya kita selalu bersungut-sungut.

Esok, setelah dewasa kita mengerti mengapa dulu ia melakukan itu semua. Karena kita besok juga akan menjadi seorang istri atau suami, ibu dari anak-anak kita yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecil kita dulu. 

Saat pertama kali kita masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarkan hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kita melihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Ia tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting kita senang ditunggui sampai bel berbunyi.

Esok, setelah kita besar, mungkin kita malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah kita menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolongan kita disaat tubuhnya melemah. 

Di usia kita yang menanjak remaja, kita sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilan kita yang trendi. Bahkan seringkali kita sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka kita sedang bersamanya.

Padahal, sejak kita kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikan kita pakaian yang bagus-bagus agar kita terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuh kita dari sisa uang belanja bulanannya. 

Padahal juga kita tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajari kita berjalan. Ia mengangkat tubuh kita ketika kita terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekap kita erat-erat saat kita menangis.

Mungkin nanti selepas SMA, ketika kita mulai memasuki dunia baru di perguruan tinggi. Kita semakin merasa jauh berbeda dengannya. Kita yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara kita dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru kita mengerti, ibu yang kita anggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do’a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kita raih. Tanpa Ibu, kita tak akan pernah menjadi kita yang sekarang.

Dan nanti pada hari pernikahan kita, ia menggandeng kita menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kita pandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suami kita. Usai akad nikah, ia langsung mencium kita saat kita bersimpuh di kakinya. Saat itulah kita akan sadar, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika kita terlahir ke dunia ini.

Kini setelah kita sibuk dengan urusan rumah tangga, kita tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Kita sangat ingin menjadi orang tua yang baik hingga tak jarang kita membunuh kerinduan kita pada Ibu. Sungguh kelak besok setelah kita mempunyai anak, kita baru tahu bahwa segala kiriman uang setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiran kita untuknya.

Sadarlah ibu melakukan semua ini karena ia sayang kepada kita. Jagalah ibumu selagi dia masih dapat bernafas. Di dunia tidak ada yang rela mati demi kita kecuali ibu.

Cinta Seorang Ayah


Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, anak perempuan yang sedang bekerja diperantauan, anak perempuan yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.

Lalu bagaimana dengan Ayah?

Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata ayah-lah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil…… Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba.. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu?Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu….Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,Bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu,
Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia….  :’) Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu?Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu.. .Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah”Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Sarjana.Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah..

Ketika kamu menjadi gadis dewasa…..Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…Ayah harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu?Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.
Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.
Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan….
Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah : “Tidak….. Tidak bisa!”Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”.

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya.Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin..Karena Ayah tahu……
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia…..Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Ayah menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa…..Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata:
“Ya Allah, ya Tuhanku …..Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik….Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…Ayah telah menyelesaikan tugasnya menjagamu …..
Ayah, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..